Paket Android
TRENDING
  • Kebocoran Data
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Tips dan Trik
SUBSCRIBE
  • Home
  • Berita
  • Tips dan Trik
No Result
View All Result
Paket Android
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Tips dan Trik
Home Berita

Mengapa Situs Web Pemerintah Sering Diretas? Ini Masalahnya

by Paket Android
Jumat, 12 Juni 2020 • 16:59 WIB
Reading Time: 2 mins read
A A
Hacking

Ilustrasi hacking. (Istockphoto/gorodenkoff)

0
SHARES
0
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

BACA JUGA

Ketua Komisi I DPR RI: Jadikan Pandemi Covid-19 Sebagai Momentum Mengkaji Pemerataan Jaringan Internet

Perusahaan IT India Diam-diam Tawarkan Jasa Peretasan

Situs web pemerintah adalah salah satu situs web yang paling sering diretas. Serang paling umum berupa web defacement attack; peretas mengubah halaman web dengan tampilan sesuka dirinya.

Belum lama ini, peretas juga berhasil menyusup ke situs web pemerintah, yaitu subdomain halaman e-jurnal milik Komisi Pemilihan Umum RI dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Dilansir dari cyberthreat.id, menanggapi insiden tersebut, Deputy Head Master of Information Technology Swiss German University, Charles Lim, membeberkan alasan umum situs web pemerintah sehingga seringkali diretas.

Menurut Charles, serangan siber yang menimpa sebuah situs web—meski situs web itu hanya berisi informasi dan bukan informasi sensitif—menjadi pertaruhan kepercayaan publik kepada pemilik web.

“Cuma, gimana sih rasanya kalau website kita di-hack sama orang. Kayaknya kredibilitas kita juga jadi turun. Kepercayaan. Wah, masalah sederhana saja enggak bisa diurus, kan gitu jadinya,” ujar Charles, Selasa (9/6/2020).

Charles melihat masalah utama dari situs web pemerintah, terutama domain .go.id, adalah menggunakan hosting berbeda-beda di tiap instansi. Dengan kondisi seperti itu, katanya, tak semua penyedia hosting paham tentang keamanan.

Seharusnya, tambahnya, ada satu tempat untuk meng-hosting situs web khusus pemerintah agar terjamin aman.

“Jadi, website itu seringkali di-hosting, ya sudah di-hosting saja, yang penting jadi. Enggak pernah dipikirkan tata kelolanya gimana, peliharanya gimana. Akibatnya ya kayak gampang di-hack, nanti sudah diperbaiki, kena hack lagi,” ujar Charles.

Oleh karenanya, pemerintah perlu serius dalam pemeliharaan situs web dari si pemilik web. Apalagi setiap membuat situs web, pemerintah pasti sudah mengalokasikan anggaran.

Dengan anggaran yang ada, kata Charles, seharusnya pemerintah bisa merekrut orang-orang yang paham dan menguasai tentang keamanan siber. Sehingga, perlu ada anggaran untuk melakukan pengujian situs web (penetration test) secara berkala.

“Kalau pemerintah sudah sadar mereka menganggarkan, seharusnya sadar enggak bahwa itu harus diuji secara berkala. Ini sama halnya dengan analogi prinsip memelihara kesehatan tubuh manusia,” ujar Charles.

Problem kedua, kata Charles, yang masih terjadi di situs web pemerintah adalah seringkali menggunakan aplikasi content management system (CMS) populer, seperti WordPress, Joomla, dan lain-lain.

“CMS populer pasti punya banyak kerentanan juga, nah kerentanan ini, cenderung enggak dipantau sama pembuat web,” katanya.

“Misalnya, sekarang aman, nanti sebulan lagi sudah ada kerentanan dan enggak diperbaiki atau di-patch. Itu permasalahan kedua yang seringkali terjadi,” ujarnya.

Ketiga, persoalan yang juga disoroti Charles adalah kontrak pembuat situs web atau penyedia hosting. Lama kontrak cenderung paling lama setahun. Ketika sudah selesai masa kontrak, personel yang memelihara situs web tersebut tidak bertanggung jawab lagi.

“Berarti kan secara praktis website itu tidak pernah diperbaiki atau dipelihara lagi kan. Ibaratnya kayak rumah kosong yang tidak dihuni, ya lama-lama penuh dengan sarang nyamuk lah,” ujar Charles.

“Jadi, banyak kerentanan yang sebenarnya disebabkan oleh masalah sepele. Ini enggak akan selesai masalahnya kalau tidak diselesaikan secara komprehensif. Pikirkan dari ujung ke ujung gitu.”

Tags: Charles LimHackPemerintahPeretasanSitus WebSitus Web Pemerintah
ShareTweetSharePinSendShareShare
Previous Post

Vodafone: Tidak Mungkin Inggris Akan Mencoret Huawei

Next Post

Bocoran 6 Fitur Baru WhatsApp yang dalam Uji Coba

Related Posts

Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid, via dpr.go.id

Ketua Komisi I DPR RI: Jadikan Pandemi Covid-19 Sebagai Momentum Mengkaji Pemerataan Jaringan Internet

Kamis, 11 Juni 2020 • 23:18 WIB
Situs Belltrox sebelum dinonaktifkan.

Perusahaan IT India Diam-diam Tawarkan Jasa Peretasan

Kamis, 11 Juni 2020 • 21:05 WIB
Tokopedia, via tempo.co

Ini Tuntutan Penggugat dalam Sidang Kasus Kebocoran Data Tokopedia

Kamis, 11 Juni 2020 • 03:04 WIB

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

REKOMENDASI

LinkedIn

500 Juta Data LinkedIn Bocor, Dijual Rp29 Ribu Per Data

Minggu, 11 April 2021 • 14:57 WIB
Android Studio 4.1

Update Android Studio 4.1 Hadirkan Dukungan untuk Perangkat Layar Lipat (Foldable)

Selasa, 20 Oktober 2020 • 21:42 WIB
Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid, via dpr.go.id

Ketua Komisi I DPR RI: Jadikan Pandemi Covid-19 Sebagai Momentum Mengkaji Pemerataan Jaringan Internet

Kamis, 11 Juni 2020 • 23:18 WIB
Kantor Tokopedia, via tokopedia.com

Tokopedia Tanggapi Gugatan Rp 100 Miliar Terkait Kebocoran Data Pengguna

Selasa, 16 Juni 2020 • 12:09 WIB
  • Home
  • About Us
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Pedoman Pemberitaan Ramah Anak
  • Contact Us
Android is a trademark of Google LLC. Paket Android are not affiliated, associated, authorized, endorsed by, or in any way officially connected with Google LLC., or any of its subsidiaries or its affiliates.

© 2021 Paket Android. All right go to their respective owners.

  • Home
  • Berita
  • Tips dan Trik

© 2021 Paket Android.